Sabtu, Oktober 29, 2011

PUISI

Secara etimologis istilah puisi berasal dari kata bahasa Yunani poites, yang berarti pembangun, pembentuk, pembuat. Dalam bahasa Latin dari kata poeta, yang artinya membangun, menyebabkan, menimbulkan, menyair. Dalam perkembangan selanjutnya, makna kata tersebut menyempit menjadi
hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu dengan menggunakan irama, sajak dan kadang-kadang kata kiasan
(Sitomorang, 1980:10).


Secara sederhana, batang tubuh puisi terbentuk dari beberapa unsur, yaitu kata, larik , bait, bunyi, dan makna. Kelima unsur ini saling mempengaruhi keutuhan sebuah puisi. Secara singkat bisa diuraikan sebagai berikut.
  1. Kata adalah unsur utama terbentuknya sebuah puisi. Pemilihan kata (diksi) yang tepat sangat menentukan kesatuan dan keutuhan unsur-unsur yang lain. Kata-kata yang dipilih diformulasi menjadi sebuah larik. 
  2. Larik (atau baris) mempunyai pengertian berbeda dengan kalimat dalam prosa. Larik bisa berupa satu kata saja, bisa frase, bisa pula seperti sebuah kalimat. Pada puisi lama, jumlah kata dalam sebuah larik biasanya empat buat, tapi pada puisi baru tak ada batasan. 
  3. Bait merupakan kumpulan larik yang tersusun harmonis. Pada bait inilah biasanya ada kesatuan makna. Pada puisi lama, jumlah larik dalam sebuah bait biasanya empat buah, tetapi pada puisi baru tidak dibatasi. 
  4. Bunyi dibentuk oleh rima dan irama. Rima (persajakan) adalah bunyi-bunyi yang ditimbulkan oleh huruf atau kata-kata dalam larik dan bait. Sedangkan irama (ritme) adalah pergantian tinggi rendah, panjang pendek, dan keras lembut ucapan bunyi. Timbulnya irama disebabkan oleh perulangan bunyi secara berturut-turut dan bervariasi (misalnya karena adanya rima, perulangan kata, perulangan bait), tekanan-tekanan kata yang bergantian keras lemahnya (karena sifat-sifat konsonan dan vokal), atau panjang pendek kata. Dari sini dapat dipahami bahwa rima adalah salah satu unsur pembentuk irama, namun irama tidak hanya dibentuk oleh rima. Baik rima maupun irama inilah yang menciptakan efek musikalisasi pada puisi, yang membuat puisi menjadi indah dan enak didengar meskipun tanpa dilagukan. 
  5. Makna adalah unsur tujuan dari pemilihan kata, pembentukan larik dan bait. Makna bisa menjadi isi dan pesan dari puisi tersebut. Melalui makna inilah misi penulis puisi disampaikan.


Kata dalam puisi dapat dibedakan, antara lain:
  1. Lambang, yakni jika kata-kata itu mengandung makna seperti dalam kamus (makna leksikal) sehingga acuan maknanya tidak merujuk pada berbagai macam kemungkinan lain (makna denotative).
  2. Utterance/indice, yakni jika kata-kata mengandung makna sesuai dengan keberadaan dalam konteks pemakaian.
  3. Simbol, yakni jika kata-kata mengandung makna ganda (makna konotatif) sehingga untuk memahamainya seseorang harus menafsirkannya (interpretatif) dengan melihat bagaimana hubungan makna kata tersebut dengan makna kata lainnya (analisis konstektual), sekaligus berusaha menemukan fitur semantisnya lewat kaidah proyeksi, mengembalikan kata ataupun bentuk larik (kalimat) ke dalam bentuk yang lebih sederhana lewat pendekatan parafratis.


Jenis-jenis puisi :

Puisi lama; yang meliputi :
a.Bidal; yaitu kalimat-kalimat singkat yang mengandung suatu pengertian, sindiran, dan tangkisan bagi ahli sastra.
Macam-macam bidal :
1.Peribahasa
Contoh : Duduk di bawah-bawah, mandi ke hilir-hilir.
2.Pepatah
Contoh : Besar pasak daripada tiang.
3.Kata arif / hadits melayu
Contoh : Ketika ada jangan dimakan, kalau tak ada baru dimakan.
4.Pameo
Contoh : Sekali merdeka tetap merdeka.

b.Pantun; yaitu puisi yang terdiri atas 4 baris setiap baitnya, berirama silang (abab), dua baris pertama merupakan sampiran dan dua baris berikutnya merupakan isi.
Contoh :
Karena apa binasa pandan
Kalau tidak karena paku
Karena apa binasa adan
Kalau tidak karena laku

c.Syair; yaitu puisi yang terdiri dari 4 baris setiap baitnya, berirama penuh (aaaa), keempat berisnya berisi cerita atau lukisan tentang keadaan alam.

d.Gurindam; yaitu puisi yang terdiri dari 2 baris setiap baitnya, berirama penuh (aa) dan berisi nasihat/petuah.
Contoh :
Kurang pikir kurang siasat
Tentu dirimu kelak tersesat

e.Seloka / pantun berkait; yaitu puisi yang terdiri dari beberapa bait dan baris. Baris pada bait pertama diulang pada baris pada bait berikutnya.

f.Talibun; yaitu puisi yang terdiri lebih dari 4 baris tetapi selalu berjumlah genap.

g.Karmina / pantun kilat; yaitu puisi berirama silang (abab) yang setiap baitnya terdiri atas 4 baris. Setiap baris terdiri atas 4-5 suku kata. Baris pertama dan kedua berupa sampiran sedangkan baris ketiga dan keempat merupakan isi.
Contoh :
Gendang gendut
Tali kecapi
Kenyang perut
Senanglah hati

h.Mantra; yaitu puisi yang dapat menimbulkan tenaga gaib yang biasa dipakai pawang atau dukun.


Puisi pengaruh arab
a.Mardan / masnawi; yaitu puisi yang berisi puji-pujian terhadap tokoh masyarakat, berirama penuh (aabb), setiap baris terdiri dari 10-14 suku kata.

b.Rubai; yaitu puisi yang setiap baitnya terdiri atas 4 baris, berirama penuh (aaaa).

c.Nazam; yatiu puisi yang berisi tentang hamba sahaya istana yang setia dan budiman. Setiap bait terdiri atas 12 baris berirama penuh pada setiap 2 baris atau 4 barisnya.
d.Gazal; yaitu puisi romantis yang setiap baitnya terdiri atas 8 baris dan setiap barisnya berakhir dengan kata yang sama.


Puisi baru
a.Distikon; setiap bait terdiri atas dua baris.

b.Tersina; setiap bait terdiri atas tiga baris.

c.Kuatrin; setiap bait terdiri atas empat baris.

d.Kuin; setiap bait terdiri atas lima baris.

e.Sextet; setiap bait terdiri atas enam baris.

f.Septim; setiap bait terdiri atas tujuh baris.

g.Oktaf; setiap bait terdiri atas delapan baris.

h.Soneta; yaitu puisi yang terdiri dari 14 baris yang terbagi atas dua kuatrin dan dua tersina, berirama peluk (abba,abba,cdc,cdc).

i.Puisi bebas; yaitu puisi yang tidak terikat oleh jumlah baris dan rima.

j.Puisi kontemporer; yaitu puisi yang menyimpang dari aturan penulisan puisi. 

Tidak ada komentar: