Fajar Pertama
Kusibak tirai selembut menyibak kelam rambutmu
Ada cerminmu dibalik jendela,
Saat kumunculkan wajah berusaha tangkap 1 pesona
Butiran air terbawa angin menampar dingin wajahku
Gemericik gerimis sesekali masih sayup terdengar
Bersama kicau kenari pagi, bau air tanah semalam masih terasa, sayang!
Air kembangmu pun belum kering di pembaringan
Aku masih bisa mencium wangi baunya
Istirahat lah sayang,,,
Bukan lagi aku yang menjagamu dalam payah
Dunia kelam, dunia suram
Dunia mati, duniaku hitam
Sayang, TanganNya terlalu tajam untuk ditahan
Biar ku memelukmu dalam indah aroma raga
Agar kau damai dalam dekapNya
Ree
(250908)
Surat Cinta Tulip Jingga
Untuk sebuah nama di Belanda
Tak ada yang bisa ku lakukan
Ini maunya
Bukan ku yang mau
Ri,
Aku ingin melihatnu dengan telinga
Agar ku tak buta
Aku ingin mendengarmu dengan mata
Supaya sampai ke hati
Aku berjalan sendiri di kota asing
Tanpa alas kaki tanpa tutup kepala
Tertatih, jatuh, terinjak namun ku tak patah
Karena ku lihat isi dada bidadari
Apa yang bisa ku beri untukmu Ri?
Ku hanya kerikil yang menjagalmu
Hanya sampah bebanmu
Hanya bedebah yang tulus mencintamu
Untuk 2 peri kecil,
Jangan kau lukiskan sungai di sudut matamu Ri!
Jangan bingkiskan api di darah beku
Jangan kau rapuh!!
Fragmen Daun
Ketika salju mulai mencair
Ketika embun mulai mongering
Engkau datang hantar kesejukkan
Walaupun bintang masih terang, bersinar dalam jiwa
Tapi kini buatku kau cukup daun:
Yang menyejukkan
Segar dan selalu baru
Walaupun gugur
Daun kan slalu berganti
Mampu melindungi di setiap waktu
Dalam kedukaan
Disetiap keceriaan
Yang selalu membingkai indahnya hati karena keteguhan
Yang kian berhias dalam pesona
Yang mampu menjaga dalam rindang
Selalu teguh tumbuh…
Cukup sebagai hijaunya daun
Ree
(160507)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar