MAJAS:
- Majas Perbandingan
- Majas Sindiran
- Majas Penegasan
- Majas Pertentangan
Majas perbandingan
- Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran, yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh, perbandingan itu membentuk kesatuan yang menyeluruh. Contoh: Hidup ini diperbandingkan dengan perahu yang tengah berlayar di lautan. (suami = nahkoda; istri = juru mudi; topan, gelombang, batu karang = cobaan dalam kehidupan; tanah seberang = cita-cita hidup)
- Alusio: majas perbandingan dengan menggunakan ungkapan peribahasa atau kata-kata yang artinya diketahui umum. Contoh: Ah, dia itu tong kosong nyaring bunyinya.
- Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan penghubung, seperti layaknya, bagaikan, " umpama", "ibarat","bak", bagai". Contoh: Kau umpama air aku bagai minyaknya, bagaikan Qais dan Laila yang dimabuk cinta berkorban apa saja.
- Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll. Contoh: dewi malam telah keluar dari bilik awan. (dewi malam = bulan).
- Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
- Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
- Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis. Contoh: Si jangkung, si pincang, si keriting, dan sebagainya.
- Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
- Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut. Contoh: Aku tidak suka menulis memakai pilot.
- Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
- Litotes (hiperbola negatif): Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri. Contoh: Sudilah kiranya datang ke gubuk kami.
- Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Contoh: Kakak membanting tulang demi menghidupi keluarga.
- Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia. Contoh: Baru tiga km berjalan mobilnya sudah batuk-batuk.
- Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
- Sinekdoke: a) Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek. Contoh: Dia mempunyai lima ekor kuda. b) Totum pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian. Contoh: Kaum wanita memperingati hari Kartini.
- Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus. Contoh: Para tunakarya perlu perhatian serius dari pemerintah.
- Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
- Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
- Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita. Majas ini terkandung dalam seluruh isi karangan. Contoh: Bhagawat gita, Mahabarata, Bayan Budiman.
- Perifrase/perifrasis: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek yang mengandung arti yang sama dengan yang digantikan. Contoh: Petang barulah dia pulang. Ketika matahari hilang di balik gunung barulah dia pulang.
- Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
- Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud. Contoh: Dari dulu tetap saja ia menjadi lintah darat. (lintah darat = lambang pemeras, pemakan riba)
- Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama (karena ada persamaan sifat). Contoh: Wajahnya muram bagai bulan kesiangan.
Majas sindiran
- Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut. Contoh: Harum benar ruangan ini!
- Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
- Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi). Contoh: Itukah yang dinamakan bekerja?
- Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll. Contoh: Otakmu memang otak udang!
- Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Majas penegasan
- Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
- Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan. Contoh: Salju putih mulai turun ke bawah.
- Repetisi: Pelukisan sesuatu dengan perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat. Biasanya digunakna dalam pidato. Contoh: Kita junjung dia sebagai pemimpin, kita junjung dia sebagai pelindung, kita junjung dia sebagai pembebas kita!
- Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
- Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
- Paralelisme: majas penegasan seperti repetisi tetapi dipakai dalam puisi. Paralelisme dibagi atas: a) Anafora: bila kata atau frase yang diulang terletak di awal kalimat. Contoh: Kalau’lah dia malam yang kelam. Kalau’lah tenang sawang yang lapang. Kalau’lah lelap orang di lawang. b) Epifora: bila kata atau frase yang diulang terletak di akhir kalimat. Contoh: Kalau kau mau, aku akan datang. Jika kau kehendaki, aku akan datang. Bila kau minta, aku akan datang.
- Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya. Contoh: Saya khawatir serta was-was akan keselamatannya.
- Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
- Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
- Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting. Contoh: menyemi benih, tumbuh hingga menuai, aku sendiri yang mengerjakannya.
- Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting. Contoh: Jangankah seribu atau seratus, serupiah pun tak ada.
- Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
- Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
- Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
- Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya. Contoh: Hari ini sakit ingatan, eh… maaf, sakit kepala maksudku.
- Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung. Contoh: Dia tidak tahu, tetapi tetap saja ditanyai, akibatnya dia marah-marah.
- Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung. Contoh: Kemeja, sepatu, kaos kaki, dibelinya di toko itu.
- Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat. Contoh: Aku, orang yang sudah sepuluh tahun bekerja di sini, belum pernah dinaikkan pangkatku.
- Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru sebagai penegas. Contoh: Amboi, indahnya pemandangan ini!
- Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan. Contoh: Angin berhembus, laut tenang, bulan memancar lagi.
- Praeterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya. Contoh: Tidak usah kau sebut namanya, aku sudah tahu siapa penyebab kegaduhan ini.
- Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
- Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
- Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
- Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Majas pertentangan
- Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya tidak karena objeknya berlainan. Contoh: Hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai.
- Oksimoron: Paradoks dalam satu frase.
- Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya. Contoh: Cantik atau jelek, kaya atau miskin, bukanlah suatu ukuran nilai seorang wanita.
- Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya. Contoh: Semua murid kelas ini hadir, kecuali si Hasan yang sedang ikut jambore.
- Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar