Cerita fiksi
Adalah cerita
tentang hidup dan kehidupan manusia dan kemanusiaan, yang semuanya dituliskan
secara prosais.
Jika dilihat
dari segi penulisan, cerita fiksi ditulis dengan cara memenuhi seluruh halaman,
kecuali bentuk dialog yang ditulis sepenggal-sepenggal berdasarkan ujaran
tokoh. Hal ini merupakan karakteristik format penulisan fiksi yang
membedakannya dengan puisi.
CERPEN DAN NOVEL
Cerpen adalah karya sastra berbentuk prosa yang isinya mengisahkan
sepenggal kehidupan tokoh yang penuh pertikaian, mengharukan atau menyenangkan
dan mengandung kesan tunggal yang tidak mudah dilupakan.
Novel adalah karangan yang mengisahkan
sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa tokoh.
Perbedaan
antara cerpen dengan novel:
CERPEN
|
NOVEL
|
Dimuat dalam
berbagai majalah atau surat kabar
|
Terbit dalam
sebuah buku
|
Ceritanya
tidak panjang
|
Ceritanya
kompleks
|
Hanya terdiri
atas beberapa halaman
|
Terdiri atas
puluhan bahkan ratusan halaman
|
Habis dibaca
sekali duduk
|
Menghabiskan
waktu beberapa lama untuk membacanya
|
Hanya
bercerita mengenai hal-hal penting dan tidak sampai pada detil-detil kecil
|
“Pengoperasiannya”
diungkapkan secara lebih detil sehingga terlihat lebih realistik, meyakinkan,
dan mampu memberikan sebuah gambaran yang lebih utuh tentang kehidupan
|
Persamaan
cerpen dan novel:
- Merupakan karya yang bergenre fiksi
- Hadir di hadapan pembaca untuk menampilkan cerita
- Sama-sama dibangun oleh berbagai unsur intrinsik yang sama
Unsur intrinsik
cerita fiksi:
a. Tema
Hakikat tema
adalah gagasan yang mengikat cerita, dasart pengembangan sebuah cerita, sesuatu
yang menjadi pokok pembicaraan, gagasan pokok yang mendasari cerita. Dengan kata
lain tema adalah maknya yang mengikat keseluruhan unsur ceirta sehingga cerita
itu hadir sebagai sebuah kesatuan yang padu.
Karena
berfungsi mengikat keseluruhan aspek cerita secara padu dan sinergis, tema juga
dipahami sebagai gagasan (ide) utama atau makna dari sebuah tulisan.
Dengan
menggunakan pertanyaan “apa artinya itu semua” atau “apa maksudnya” atau
pertanyaan-pertanyaan yang sejenis, hal itu berarti mempertanyakan tema.
b. Tokoh
Tokoh cerita
adalah pelaku yang dikisahkan perjalanan hidupnya dalam cerita fiksi.
Tokoh cerita
tidak harus berwujud manusia, melainkan juga dapat berupa binatang atau suatu
objek yang lain yang biasanya merupakan bentuk personifikasi manusia.
Jenis-jenis
tokoh:
1) Berdasarkan
keasliannya
a) Rekaan: bukan
merupakan tokoh yang secara faktual dapat ditemukan di dunia nyata atau di
dalam sejarah (imajinatif)
b) Sejarah: tokoh
yang sebagian jati dirinya berasal dari tokoh nyata
2) Berdasarkan
sifatnya
a) Protagonis:
tokoh yang berkarakter baik dan yang membawa misi keberanian
b) Antagonis: tokoh
yang berkarakter jahat dan yang berseberangan dengan tokoh protagonis karena
membawa kejahatan atau malapetaka
3) Berdasarkan
sifat (seupa dengan protagonis dan antagonis)
a) Putih: tokoh
yang berkarakter baik dan sekaligus membawakan dan memperjuangkan nilai-nilai
kebenaran
b) Hitam: tokoh
yang berkarakter jahat dan sbeagai pemicu konflik
4) Berdasarkan
kompleksitas karakter
a) Datar: tokoh
yang hanya memiliki karakter yang “itu-itu” saja dan termausk tokoh yang kurang
penting
b) Bulat: tokoh
yang memiliki banyak karakter dan adakalanya bersifat tidak terduga
5) Berdasarkan
perkembangan karakter
a) Statis: tokoh
yang tidak mengalami perkembangan dan perubahan karakter (kalau baik akan baik
terus, dan sebaliknya)
b) Berkembang/dinamis:
tokoh yang mengalami perubahan dan perkembangan karakter sejalan dengan alur
cerita
c. Penokohan/perwatakan
Hakikat
penokohan adalah karakter yang dimiliki oleh seorang tokoh dalam sebuah cerita.
Adanya
identitas jati diri yang menyebabkan tokoh yang satu berbeda dengan tokoh-tokoh
yang lain. Yang membedakan antartokoh adalah kualifikasi “mental” dan “fisik”.
Pengungkapkan
penokohan:
Cara Ragaan (showing)
|
Cara Langsung (telling)
|
Watak tidak
diuraikan secara serta-merta, melainkan diungkapkan secara terselubung lewat
cerita.
|
Karakter
tokoh diungkapkan dengan “diuraikan” secara langsung oleh pengarang.
|
Pembaca
dipersilakan untuk menafsirkan perwatakan yang dimiliki oleh seorang tokoh
dari:
·
pikiran tokoh
·
dialog/ucapan tokoh
·
tingkah laku/tindakan tokoh
·
lingkungan sekitar tokoh
·
reaksi/tanggapan dari tokoh
lain
·
keadaan fisik tokoh
|
Misalnya:
“Sinta seorang anak manis yang baik. Ia anak yan grajin, tidak pernah berbuat
nakal, suka membantu ibu, dan rajin belajar.”
|
d. Alur/plot
Alur adalah
rangkaian peristiwa yang terjadi berdasarkan hubungan sebab akibat sebagaimana
ditunjukkan oleh tokoh lewat aksi.
Tahapan atau
bagian alur:
- Situation: pengarang melukiskan kejadian
- Generation circumstance: peristiwa menunjukkan adanya gerak
- Rising action: keadaan mulai tegang/memuncak
- Klimaks: peristiwa mencapai puncaknya
- Donouvement: pengarang memberikan pemecahan masalah dari semua peristiwa
Jenis-jenis
alur:
1) Alur maju (alur lurus)
Rangkaian peristiwanya bergerak maju
dari awal ke akhir (kronologis)
2) Alur mundur (alur flashback)
Rangkaian peristiwanya bergerak
mundur dari akhir ke awal (set back)
3) Alur campuran (maju-mundur)
Rangkaian peristiwa
bergerak secara acak.
e. Latar/setting
Latar ialah
penempatan waktu dan tempat beserta lingkungannya dalam prosa fiksi. Unsur latar dapat dibedakan ke dalam
tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut:
1) Latar Tempat: mengacu pada lokasi terjadinya
peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang
dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial
tertentu.
2) Latar Waktu: berhubungan dengan masalah ” kapan
” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi.
Masalah ”kapan” teersebut biasanya dihubungkan dengan waktu.
3) Latar Sosial: mengacu pada hal-hal yang
berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan
dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai
masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup,
adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap.
Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang
bersangkutan.
f. Sudut pandang/point of view
Sudut pandang adalah cara memandang tokoh-tokoh cerita dengan
menempatkan dirinya pada posisi tertentu.
Ada beberapa pertanyaan yang dapat digunakan untuk membedakan sudut
pandang. Pertanyaan tersebut antara lain sebagai berikut:
1) Siapa yang berbicara kepada pembaca (pengarang dalam
persona ketiga atau pertama, salah satu pelaku dengan ”aku”, atau seperti tak
seorang pun)?
2) Dari posisi mana cerita itu dikisahkan (atas, tepi,
pusat, depan atau berganti-ganti)?
3) Saluran informasi apa yang dipergunakan narator untuk
menyampaikan ceritanya kepada pembaca (kata-kata, pikirn, atau persepsi
pengarang; kata-kata, tindakan, pikiran, perasaan, atau persepsi tokoh)?
4) Sejauh mana narator menempatkan pembaca dari ceritanya
(dekat, jauh, atau berganti-ganti)?
Selain itu pembedaan sudut pandang juga dilihat dari bagaimana kehadiran
cerita itu kepada pembaca: lebih bersifat penceritaan, telling, atau
penunjukan, showing, naratif atau dramatik.
Pembedaan sudut pandang yang akan dikemukakan berikut berdasarkan
pembedaan yang telah umum dilakukan orang yaitu bentuk persona tokoh cerita:
persona ketiga dan persona pertama.
1)
Sudut pandang persona ketiga : ”Dia”
Pengisahan cerita yang
menpergunakan sudut pandang persona ketiga gaya ”Dia”, narator adalah seorang
yang berada di luar cerita yang menampilkan tokoh-tokoh cerita dengan menyebut
nama, atau kata gantinya: ia, dia, mereka.
Sudut pandang ”dia” dapat dibedakan ke dalam dua
golongan:
a)
”Dia” mahatahu
Dalam sudut pandang ini, cerita
dikisahkan dari sudut ”dia”, namun pengarang, narator dapat menceritakan apa
saja hal-hal yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Narator mengetahui
segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal
tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang
melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup
waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ”dia”yang satu ke ”dia”
yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan
tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi
tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata.
b)
”Dia” terbatas/”Dia” sebagai pengamat
Dalam sudut pandang ”dia” terbatas,
seperti halnya dalam”dia”mahatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat,
didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas
hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas.
Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh ”dia”, namun
mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya
tokoh pertama.
2)
Sudut pandang persona pertama: ”Aku”
Gaya ”aku”, narator adalah seseorang
yang ikut terlibat dalam cerita. Ia adalah si ”aku” tokoh yang berkisah,
mengisahkan kesadaran dirinya sendiri, mengisahkan peristiwa atau tindakan,
yang diketahui,dilihat, didengar,dialami dan dirasakan, serta sikapnya terhadap
orang (tokoh) lain kepada pembaca. Jadi, pembaca hanya dapat melihat dan
merasakan secara terbatas seperti yang dilihat dan dirasakan tokoh si ”aku”
tersebut.
a)
”Aku” tokoh utama
Dalam sudut pandang teknik ini, si
”aku” mengisahkan berbagai peristiwa dan tingkah laku yang dialaminya, baik
yang bersifat batiniah, dalam diri sendiri, maupun fisik, hubungannya dengan
sesuatu yang di luar dirinya. Si ”aku”menjadi fokus pusat kesadaran, pusat
cerita. Segala sesuatu yang di luar diri si ”aku”, peristiwa, tindakan, dan
orang, diceritakan hanya jika berhubungan dengan dirinya, di samping memiliki
kebebasan untuk memilih masalah-masalah yang akan diceritakan. Dalam cerita
yang demikian,si ”aku” menjadi tokoh utama (first person central).
b)
”Aku” tokoh tambahan
Dalam sudut pandang ini, tokoh
”aku” muncul bukan sebagai tokoh utama, melainkan sebagai tokoh tambahan (first
pesonal peripheral). Tokoh ”aku” hadir untuk membawakan cerita kepada pembaca,
sedangkan tokoh cerita yang dikisahkan itu kemudian ”dibiarkan” untuk
mengisahkan sendiri berbagai pengalamannya. Tokoh cerita yang dibiarkan
berkisah sendiri itulah yang kemudian menjadi tokoh utama, sebab dialah yang
lebih banyak tampil, membawakan berbagai peristiwa, tindakan, dan berhubungan
dengan tokoh-tokoh lain. Setelah cerita tokoh utama habis, si ”aku”tambahan
tampil kembali, dan dialah kini yang berkisah. Dengan demikian si ”aku” hanya
tampil sebagai saksi saja. Saksi terhadap berlangsungnya cerita yang ditokohi
oleh orang lain. Si ”aku” pada umumnya tampil sebagai pengantar dan penutup
cerita.
g. Amanat/pesan/moral
Moral, amanat, atau pesan dapat dipahami sebagai
sesuatu yang ingin disampaikan
kepada pembaca.
DRAMA
- Alur: adalah jaringan atau rangkaian yang membangun atau membentuk suatu cerita sejak awal hingga akhir. Urutan alur terdiri atas 5 fase, yakni : (1) perkenalan, (2) awal masalah, (3) menuju klimaks, (4) klimaks, (5) penyelesaian.
- Amanat: adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin ditanakannya secara tidak langsung ke dalam benak para penonton dramanya. Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada umumnya sengaja disembunyikan secara tersirat oleh penulis naskah drama yang bersangkutan. Hanya pentonton yang profesional aja yang mampu menemukan amanat implisit tersebut.
- Bahasa: yang digunakan dalam drama sengaja dipilih pengarang dengan titik berat fungsinya sebagai sarana komunikasi.
- Dialog: adalah mimetik (tiruan) dari kehidupan keseharian. Dialog drama ada yang realistis komunikatif, tetapi ada juga yang tidak realistis (estetik, filosopis, dan simbolik). Diksi dialog disesuaikan dengan karekter tokoh cerita.
- Latar: latar adalah tempat terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah drama. Latar tidak hanya merujuk kepada tempat, tetapi juga ruang, waktu, alat-alat, benda-benda, pakaian, sistem pekerjaan, dan sistem kehidupan yang berhubungan dengan tempat terjadinya peristiwa yang menjadi latar ceritanya.
- Petunjuk Teknis: adalah rambu-rambu yang sengaja dicantumkan oleh seorang penulis naskah drama sebagai penuntun penafsiran bagi siapa saja yang ingin mementaskannya. Petunjuk teknis dalam naskah drama bisa berupa paparan tentang adegan demi adegan, profil tokoh cerita, latar cerita (tempat adegan) tata lampu, tata musik, tata panggung, dan daftar properti yang harus disiapkan.
- Tema: adalah sesuatu yang menjadi pikiran atau sesuatu yang menjadi persoalan.
- Tokoh dalam drama disebut tokoh rekaan yang berfungsi sebagai pemegang peran watak tokoh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar